Rabu, 30 April 2014

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUKAN TANAH



Faktor pembentukan tanah




Curah hujan dan sinar matahari berperan penting dalam proses pelapukan fisik, kedua faktor tersebut merupakan komponen iklim. Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor pembentuk tanah adalah iklim. Hanya kedua faktor itukah yang memengaruhi pembentukan tanah? Ada beberapa faktor lain yang memengaruhi proses pembentukan tanah, yaitu organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Faktor-faktor tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut
T = f (i, o, b, t, w)
Keterangan:
T = tanah
f = faktor
i = iklim
o = organisme
b = bahan induk
t = topografi
w = waktu
a. Iklim
Unsur-unsur iklim yang memengaruhi proses pembentukan tanah terutama unsur suhu dan curah hujan.
1) Suhu/Temperatur
Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila fluktuasi suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah juga cepat.
2) Curah Hujan
Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah). Iklim sangat berpengaruh terhadap pembentukan tanah. Pada area yang permanen kering    dan   atau   membeku (frozen )  (pengaruh es),  tanah   sulit  terbentuk. Dua komponen iklim yang sangat berpengaruh adalah curah hujan dan temperatur.
Air penting untuk pelapukan mineral dan pertumbuhan tanaman. Air yang melebihi kapasitas   lapang   akan   berperan     dalam    membawa/translokasi partikel   koloid   dan garam-garam terlarut. Suplai air yang terbatas pada daerah gurun akan membentuk tanah alkalin, relatif sulit terlapuk, mempunyai kandungan liat, bahan organik dan KTK yang   rendah. Secara  umum   tanah-tanah    di  daerah    arid  dan   subhumid cenderung  lebih   subur   kecuali   jika  terbatas   mikroba untuk   mineralisasi bahan organik     dan   untuk   mensuplai  N  tersedia. Jika  air  tersedia   hanya cukup  untuk pencucian yang terbatas, maka CaCO3 terbawa sampai pada jarak yang pendek saja sehingga terbentuk zone akumulasi CaCO3.
Peningkatan curah hujan berkorelasi positif dengan lebih besarnya/tingginya :
         1.  Pencucian kapur   dan  kedalaman lapisan k  (akumulasi kapur) makin meningkat
         2.  Perkembangan/meningkatnya kemasaman tanah
         3.  pencucian dan kandungan liat
         4.  pertumbuhan tanaman dan bahan organik
Pengaruh Temperatur
 “Setiap   kenaikan   temperatur   10°  C   akan   mengakibatkan   meningkatnya   laju reaksi kimiawi menjadi 2X lipat ”. Meningkatnya pelapukan dan pembentukan liat terjadi seiring dengan meningkatnya temperatur. Hubungan   antara   rata-rata  temperatur dan   pertumbuhan  tanaman  serta akumulasi bahan organik cukup kompleks. Kandungan bahan organik tanah adalah  jumlah  antara  hasil penambahan  bahan organik+laju mineralisasi     bahan organik+kapasitas tanah melindungi bahan organik dari mineralisasi (liat amorf).
b. Organisme (Vegetasi, Jasad Renik/Mikroorganisme)
Tanaman mempengaruhi proses pembentukan tanah melalui produksi bahan organik, siklus hara dan pergerakan air melalui siklus air. Mikroorganisme memainkan peran penting   dalam   mineralisasi   bahan   organik   dan   pembentukan   humus. Fauna   tanah  adalah konsumer dan dekomposer bahan organik terutama pergerakan cacing tanah, rayap dll.
Pengaruh   organisme yang    penting   terhadap   proses  pembentukan  tanah disebabkan oleh vegetasi alami baik pohon maupun padang rumput. Pengaruh vegetasi terhadap pencucian dan eluviasi Perbedaan   spesies   tanaman mempengaruhi   perkembangan tanah. Spesies  yang menjerap sejumlah basa-basa seperti kation Ca, Mg, K, dan Na akan memperlambat terjadinya kemasaman tanah oleh karena tanaman mendaur ulang kation-kation ini lebih   banyak   ke   permukaan   tanah   melalui   penambahan   bahan   organik.   

Peranan Binatang/Fauna dalam pembentukan tanah
Peran binatang dalam proses pembentukan  tanah cukup besar seperti halnya peran cacing tanah, rayap (termites) yang mampu membangun rumah dari partikel tanah yang dibawa dari lapisan bawah tanah dan kemudian membentuk morfologi tertentu di permukaan.

Peran manusia terhadap pembentukan tanah
Manusia  berperan dalam  pembentukan  tanah melalui aktivitasnya seperti  pemanfaatan   lahan   untuk   kegiatan   pertanian yang   membajak, membalikkan tanah,  pemupukan, menyumbang bahan   organik   dan   aktivitas  pertanian lainnya  yang mempengaruhi terbentuknya tanah. Hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya lapisan permukaan yang terbentuk akibat aktivitas manusia yang dikenal sebagai epipedon antropik dan plaggen.
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:
1) Membantu proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi. Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur yang larut oleh air.
2) Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad renik/mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
3) Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organik yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa rumput.
4) Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis tanaman cemara akan memberi unsur-unsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara, derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon jati.
c. Bahan Induk
Tanah-tanah   yang   terbentuk   berdasarkan   proses   pelapukan   batuan   dikenal   sebagai tanah mineral yaitu tanah-tanah yang mengandung unsur-unsur hara yang berkaitan dengan sifat-sifat tanah dilihat dari berbagai faktor. Bahan induk mempunyai pengaruh besar terhadap kesuburan dan kandungan mineral     tanah.   Tingkat   kekerasan     bahan    induk  dapat    dijadikan    prediksi   dalam menilai laju pembentukan tanah.
Laju pembentukan tanah dari bahan induk yang berasal dari batuan metamorf berjalan   sangat   lambat.   Hal   ini   disebabkan   batuan   metamorf   memiliki tekstur dan struktur   batuan   yang   sangat   kompak   (masif)   serta   mineral   yang   sangat   resisten. Batuan metamorf terbentuk dari hasil rekrsitalisasi ulang dari mineral yang terdapatdalam   batuan   beku   dan   sedimen,   sehingga   menghasilkan   mineral   yang   memiliki kristal yang kompak karena terbentuk dari temperatur dan tekanan yang tinggi.
Laju   pembentukan   tanah   dari   bahan   induk   yang   berasal   dari   batuan   beku bervariasi kecepatannya.  Hal ini  diepngaruhi oleh jenis magma asal pembentukan, ukuran kristal mineral dan kandungan mineral. Jenis magma asal akan memberikan perbedaan     kandungan     kadar   silika,  kandungan    mineral,   warna   batuan   dan  sifat batuan.   Ukuran   kristal   akan   memberikan   perbedaan   temperatur   pembentukan dan perbedaan      tekstur   batuan. Kandungan  mineral dipengaruhi oleh temperatur pendinginan magma dan kandungan silika magma.
Laju pembentukan tanah dari pelapukan langsung bedrock cukup bervariasi. Batupasir   (sandstone)   yang   sementasinya   lemah,   pada   lingkungan   humid   (basah) dapat membentuk rata-rata 1 cm tanah per 10 tahun.  Batuan kapur yang mudah larut meninggalkan   residu   berupa      bahan   yang   sulit  larut   yang   diperkirakan   mencapai 100,000   tahun   untuk   membentuk   lapisan   tanah   pada   daerah   dengan   batuan   induk kapur di daerah humid.
Bahan   induk    yang   diturunkan   dari   sedimen   dibawa    oleh   air,   angin,  atau gravitasi.    Sedimen    koluvial   terjadi  pada   lereng   terjal  dimana    gravitasi  adalah kekuatan   utama   yang   menyebabkan   pergerakan   dan   sedimentasi.  Sedimen   alluvial umumnya ditemui pada daerah yang lebih landai,  oleh karena penyebarannya  oleh banjir   dan  aliran  sungai.  Contoh:   kebanyakan   tanah-tanah   pertanian   di   California terbentuk di lembah dimana alluvial adalah bahan induk yang dominan.
Sedimen abu volkan sebagai bahan induk juga dapat ditemui. Bahan induk ini   bersifat   amorf mengandung alofan,  oksida  besi  dan   Aluminium. Alofan mempunyai pH tinggi. Disamping   batuan   induk   sebagai   bahan   induk   pembentukan   tanah,   dikenal juga  adanya bahan induk organik, yaitu bahan induk yang terdiri dari pelapukan sisa tanaman, hewan dan sisa lainnya yang melapuk pada kondisi anaerob karena kondisi geomorfologi yang terbentuk secara alamiah. Terdapat perbedaan nyata dari profil tanah-tanah   mineral   dan   tanah   organik. Pada   tanah   mineral   terdapat   perbedaan perbedaan batas horizon nyata sebagai hasil pelapukan, serta proses pelapukan dan pencucian.    
Pada profil tanah organik, perbedaan horizon ditampakkan oleh tingkat pelapukan      bahan    organik    yang    belum    melapuk,     sedang    melapuk     atau   sudah melapuk,   tidak   jelas   hubungan   antar   horizon   dalam   suatu   profil   pada   tanah-tanah organik,   karena   proses   pelapukan   tidak   berada   pada   perbedaan   lingkungan   yang nyata.   Misalnya kondisi jenuh/ lembab yang terjadi pada lapisan bawah, juga dapat terjadi pada lapisan permukaan.
 Berdasarkan kondisi geomorfologi yang terbentuk secara   alamiah   menunjukkan   bahan   penyebaran   tanah-tanah   organik   di   Indonesia cukup   luas   meliputi   Sumatera,   Kalimantan, Papua dan sebagian kecil di  Sulawesi bagian tengah.
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan), dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah.
Tanah yang terdapat di permukaan Bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan induknya. Bahan induk terkadang masih terlihat pada tanah baru, misalnya tanah bertekstur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi. Susunan kimia dan mineral bahan induk akan memengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan vegetasi di atasnya. Bahan induk yang banyak mengandung unsur Ca akan membentuk tanah dengan kadar ion Ca yang banyak pula, akibatnya pencucian asam silikat dapat dihindari dan sebagian lagi dapat membentuk tanah yang berwarna kelabu. Sebaliknya bahan induk yang kurang kandungan kapurnya membentuk tanah yang warnanya lebih merah.
d. Topografi/Relief
Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi:
Topografi   yang   dimaksud   adalah   konfigurasi  permukaan   dari   suatu   area/wilayah. Perbedaan   topografi   akan   mempengaruhi   jenis   tanah   yang   terbentuk.   Tanah   pada daerah lereng, infiltrasi kurang dibandingkan kehilangan melalui runoff, sedangkan pada daerah datar atau rendah, menerima kelebihan air yang menyediakan air lebih  banyak untuk proses pembentukan tanah.
Pengaruh slope/lereng
Kemiringan      dan   panjang   lereng   berpengaruh     pada  proses    pembentukan     tanah. Semakin   curam   lereng   makin   besar   runoff   dan   erosi   tanah. Hal   mengakibatkan terhambatnya pembentukan tanah oleh karena pertumbuhan tanaman terhambat dan sumbangan bahan organik juga lebih kecil, pelapukan menjadi terhambat begitu pula dengan pembentukan liat. Disamping itu, pencucian dan eluviasi berkurang.  Dengan kata lain tanah lebih tipis dan kurang berkembang di daerah lereng.

Pengaruh tinggi muka air dan drainase
Tanah   mempunyai   drainase   baik   pada   slope   yang   muka   air   tanah   jauh   dibawah permukaan   tanah.     Tanah   yang   berdrainase   buruk   ditandai   dengan  muka   air   yang muncul   di   permukaan   tanah   yang   menyebabkan   terjadinya   kondisi   anerobik   dan  reduksi.   Tanah   yang  berdrainase   buruk   mempunyai   horison   A   biasanya   berwarna gelap    olehkarena    tingginya    bahan   organik,   tapi  horison   bawah    permukaannya  cenderung   kelabu   (grey). Tanah   berdrainase  baik,   mempunyai       horison   A   yang  warnanya lebih terang, dan horison bawahnya seragam lebih gelap.






1) Tebal atau Tipisnya Lapisan Tanah


Sumber: www.geocities.ip Gambar 6.79 Tanah di pegunungan vulkanik

Sumber: www.asia.geocities.com Gambar 6.80 Tanah di daerah pantai


Sumber: Pengenalan Bentang Alam, halaman 130
Gambar 6.81 Tanah pada pegunungan kapur.
Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit, lapisan tanahnya lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi.
2) Sistem Drainase/Pengaliran
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya menjadi asam.
e. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus-menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus-menerus. Oleh karena itu, tanah akan menjadi semakin tua. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan, sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
Tanah muda ditandai oleh masih tampaknya pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampaknya struktur bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol, dan litosol. Tanah dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horizon B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, dan grumusol. Tanah tua proses pembentukan tanah berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada perlapisan tanah. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit).
Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas seperti abu vulkanik memerlukan waktu 100 tahun untuk membentuk tanah muda dan 1.000–10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa. Dengan melihat perbedaan sifat faktor-faktor pembentuk tanah tersebut, pada suatu tempat tentunya akan menghasilkan ciri dan jenis tanah yang berbeda-beda pula. Sifat dan jenis tanah sangat tergantung pada sifat-sifat faktor pembentukan tanah. Kepulauan Indonesia mempunyai berbagai tipe kondisi alam yang menyebabkan adanya perbedaan sifat dan jenis tanah di berbagai wilayah, akibatnya tingkat kesuburan tanah di Indonesia juga berbeda-beda.
Berkaitan   dengan    waktu    pembentukan  tanah,   maka    dikenal    tanah   muda,    tanah  dewasa      dan   tanah   tua.  Seiring   dengan     waktu,    pembentukan   lapisan   tanah   akan  menunjukkan   umur   tanah  tersebut.  Proses   pembentukan   tanah   jauh   lebih   singkat dibanding proses pembentukan batuan . Tanah yang muda ditunjukkan dengan   masih   tipisnya  lapisan tanah   dan   terkadang   tersusun   atas   2   horison   atau   1  horison langsung diatas batuan. Tanah tua ditunjukkan dengan solum yang dalam, horison     biasanya    lengkap     dan   telah   menunjukkan   adanya    horison    eluviasi   dan  iluviasi baik penimbunan liat, oksida-oksida besi, dan bahan organik.




Sumber :
1.       Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu tanah. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.
2.       www.asia.geocities.com

Tidak ada komentar: